Review Novel Guru Aini Karya Andrea Hirata

Tak ada yang lebih membuat murid gembira selain berhasil mempelajari sesuatu, dan tak ada yangmembuat seorang guru gembira selain menemukan cara untuk mengajari muridnya. (236)

Judul Buku: Guru Aini

Penulis: Andrea Hirata

Penerbit: Bentang Pustaka

Tahun Terbit: 2020

Jumlah Halaman: xii + 336

Sebagai penikmat karya Andrea Hirata, bahagia sekali rasanya begitu tahu buku terbaru Pak Cik telah lahir. Meski kali ini sedikit terlambat membaca novel Guru Aini; terbit di bulan Februari, terbeli di bulan Juni, dan baru dibaca akhir Oktober. Novel ini merupakan prekuel dari buku sebelumnya yaitu Orang-Orang Biasa. Sebelum membaca novel ini, sebaiknya kalian membaca novel Orang-Orang Biasa terlebih dahulu karena banyak poin penting dari buku sebelumnya yang berpengaruh ke alur cerita. Review novel Orang-Orang Biasa bisa kalian baca di sini.

Dalam novel Orang-Orang Biasa digambarkan persahabatan 10 kawan dari kaum marginal. Konflik bermula saat salah satu anggota geng bernama Dinah menemui masalah pelik dalam keluarganya, dimana ia tak mampu membiayai pendidikan Aini yang mendaftar di fakultas Kedokteran. Novel Guru Aini menceritakan awal kisah perjuangan Aini hingga bisa lulus di fakultas impiannya.

Aini adalah siswa yang sangat bebal pada pelajaran Matematika. Tak pernah ada angka lain yang muncul pada nilai Matematikanya selain bilangan biner 1 dan 0 yang terus bergantian. Hingga suatu hal terjadi dalam hidupnya yang membuatnya bertekad untuk menjadi seorang dokter. Untuk mewujudkan impian itu, maka ia harus mengakhiri permusuhannya dengan Matematika. Aini harus menguasai Matematika.

Satu-satunya jalan yang bisa Aini tempuh untuk menaklukkan Matematika adalah dengan berguru pada ahlinya. Adalah Guru Desi, guru Matematika yang dikenal jenius, galak, dan eksentrik yang kemudian menjadi tempat Aini belajar. Di sinilah kisah manis antara sang guru dan murid bermula. Sangat menarik untuk membaca tuntas kisah mereka.

Guru Desi digambarkan sebagai sosok idealis yang sejak muda sangat memegang erat prinsip hidupnya. Tak ada yang ingin dilakukannya selain menjadi guru. Tak pernah ia ingin menukarnya bahkan dengan hal terindah sekalipun yang dijanjikan. Baginya, Matematika adalah bagian dari dirinya. Maka menjadi guru Matematika adalah harga mati.

Salah satu bagian menarik yang sangat berkesan dari tokoh Guru Desi adalah saat ia menolak penghargaan sebagai guru terbaik, meski berulang kali kepala sekolah membujuk agar menerima penghargaan tersebut.

“Pendidikan adalah soal murid-murid, Pak. Ada otoritas pendidikan, ada sekolah-sekolah, ada guru-guru, dan semua itu ada karena ada murid. Murid-murid harus dinomorsatukan melebihi apa pun. Delapan puluh persen murid sekolah ini, hampir seribu jumlahnya, punya nilai ulangan matematika rata-rata di bawah 6. Di dalam kelas yang kuwalikan sendiri ada murid yang dapat nilai ulangan 2,5. Itulah nilai terrtingginya lebih dari setahun ini. Lalu aku mendapat penghargaan sebagai guru terbaik? Aku, Desi Istiqomah binti Zainuddin, membawa nama ayahku Zainuddin, tak mau menjadi bagian dari basa-basi birokrasi ini. Aku adalah guru matematika yang masih sangat gagal, Pak.”

Berbagai upaya dilakukan Guru Desi untuk membuat muridnya paham. Baginya, guru yang baik adalah guru yang dapat memacu kecerdasan muridnya. Guru yang lebih baik adalah guru yang dapat menemukan kecerdasan muridnya. Guru terbaik adalah guru yang tak kenal lelah mencari cara agar muridnya mengerti. Sebagai pendidik, saya bisa merasakan posisi Guru Desi, setiap waktu memikirkan cara terbaik untuk memberikan pemahaman kepada murid.

Tokoh unik Guru Desi sangat bisa menjadi inspirasi para pendidik di negeri ini. Kejeniusan, kegigihan, dan kecintaan akan profesi teramu menjadi satu sehingga membuatnya ingin terus berkembang. Sungguh sosok  yang sangat langka. Novel ini tak hanya menampilkan bagaimana sosok pendidik yang seharusnya, tapi juga memperlihatkan bagaimana seharusnya kita menghargai ilmu pengetahuan dan tak menyia-nyiakannya.

Buku ini lagi-lagi membuat tertawa terpingkal-pingkal dengan bahasa jenaka khas dari Andrea Hirata, sejak membuka halaman pertama hingga akhir cerita. Dibandingkan dengan novel Orang-Orang Biasa, novel Guru Aini lebih fokus dalam menggambarkan tokoh-tokohnya.

Novel Guru Aini adalah buku bergizi yang wajib dibaca, terutama untuk para pendidik. Tak sabar rasanya menanti sekuel dari kisah perjuangan Aini di bangku kuliah.

Postingan populer dari blog ini

Aku Seorang Ambivert

Pada Lekuk Awan Biru

Suamiku