Weekend



Siang telah menggulung malam. Pancaran cahaya hangat sang mentari begitu terasa pagi ini. Akhir pekan memang selalu dinanti. Hah. Sungguh bahagianya menikmati sabtu yang santai dan jauh dari rutinitas kuliah. Tidak ada mandi pagi, tidak ada menggosok pakaian dengan terburu-buru seperti hari lainnya. Yang ada hanya sya..la…la…la…la…la…la…

Menonton TV sepertinya menjadi pilihan yang tepat kali ini. Segera saja remot melayang ke tanganku. Belum lama mencari channel yang menarik, tiba-tiba saja pintu kamar pondokanku digedor-gedor. Di hari sabtu seperti ini, siapa lagi yang melakukan hal seperti itu kalau bukan dia. Yah. Q-cook. Hah. Anak itu. Belakangan ia sangat rajin menghabiskan hari sabtunya dengan jogging keliling kampus Unhas setelah berganti almamater hijau. Tidak lupa ia mampir ke Pondok Putih, pondokan kami (aku, Oki, dan Nahli). Kawan-kawan yang kukenal sejak SMA ini memang selalu menjaga kontak. Meski si Q-cook bukan lagi warga Unhas, tapi toh dia masih saja berlalu lalang di kampus merah ini. Mengunjungi kami dan mengajak berlari pagi atau naik sepeda.

Aku segera bangkit dari dudukku yang terlanjur berat kutinggalkan. Baru saja aku ingin menyambutnya tapi dengan kilat ia sudah berada di depan kamar dua bocah tengik (Nahli dan Oki). Hehe. Peace mba’ bro.

“Hey! Datang mako lari pagi?” tanyaku padanya yang sedang berdiri di kamar ujung.
“Wih. Belum pi. Siapa tau mau ko ikut semua. Jadi ke sini ka dulu.”
“Tunggu ka pade. Ikut ka juga.” Lontarku.

Aku memutuskan ikut. Sedangkan kedua bocah itu punya agenda lain hari ini. Sayang sekali. Meski sejujurnya aku juga memiliki beberapa agenda hari ini –sederetan rapat yang sedikit memuakkan– tapi godaan untuk ikut berolahraga tidak dapat kubendung.

Rute yang ditempuh sedikit berbeda dari biasanya. Tapi ini sudah menjadi yang ke sekian kalinya bagi Q-cook. Begitu keluar dari jalan sahabat, kami belok kiri lalu berlari-lari kecil. FKG, FK, Baruga, FISIP, Ekonomi, Hukum, semua terlewati dengan cepat. Di depan kami belok kanan menuju rektorat. Setelah itu memutuskan untuk pulang dengan rute yang lebih dekat.

“Singgah ki dulu e.”

Di tengah perjalanan Q-cook menawarkan untuk mampir di FK, fakultas impiannya. Kami mengelilingi beberapa area di fakultas ini. Lalu di sana, tiba-tiba saja ada wajah yang sangat akrab; Mas Rinja atau sebut saja dia Oppa (panggilan untuk kakak laki-laki oleh seorang perempuan di Negeri Ginseng), tentu saja bukan aku yang memanggilnya seperti itu. Siapa lagi kalau bukan si Cipruk alias Cicuk Maricuk alias Kikan alias Q-cook. Haha.

Perbincangan yang cukup alot pun tak terhindarkan. Kami terlibat dalam obrolan yang sangat panjang dan tak berujung. Pertemuan ini lalu ditutup dengan acara makan mie goreng di salah satu kantin FK yang ditraktir mas rinja. Hm. Baik sekali anak itu. Salah satu hikmah bertemu dengannya. Haha.

Aku dan Q-cook melanjutkan perjalanan pulang yang sempat terpotong lama karena godaan untuk mampir di fakultas impian sejuta umat, kata orang. Niat awalnya dia langsung ingin beranjak meninggalkanku dengan naik pete-pete ke rumahnya. Tapi batal. Haha. Godaan untuk mampir di Pondok Putih lebih menggiurkan dan tidak terelakkan. Katanya sebentar saja. Tapi bukan DuaRR (Reski-Resqi) namanya kalau tidak terjun dalam obrolan yang lagi-lagi tak berujung. Kepulangan kembali tertunda.

Keinginan Q-cook untuk pulang kembali bulat setelah sempat gepeng beberapa saat. Tapi lagi-lagi anak itu, yah, dia, menampakkan diri di hadapan kami dengan bertandang ke pondokan. Tamu tak diundang. *Haha. Peace, mas. Maka jadilah kami kembali terlibat dalam perbincangan yang tak berpangkal dan ujung. Dan yang pasti, keinginan si Q-cook untuk pulang kembali menciut.

Sore pun mulai merampas siang. Godaan apa pun kali ini tak mampu menahan gadis yang mengaku sangat memuja-muja salah satu boyband fenomenal dari Korea ini. Q-cook pulang. Mas juga ikut pulang.

Weekend yang cukup menyenangkan. Momen langka seperti ini wajib kita lestarikan. *kayak satwa saja. :D

Postingan populer dari blog ini

Aku Seorang Ambivert

eLPiDiPi Kali Kedua

Super Tri