Es Buah Danau



Terbebas dari ingar-bingar dan kebisingan suasana bazar di kafe menjadi hal yang paling melegakan saat sederet agenda tengah menunggu untuk dijamah. Alasannya, pertama, karena aku memang bukan orang yang terlalu suka dengan keramaian, itu akan membuat kepalaku sedikit pusing. Kedua, memang ada begitu banyak hal yang harus kulakukan dibanding harus duduk di kafe memelototi gelas es buah yang telah kosong berjam-jam yang lalu dan mendengar musik yang semakin malam semakin tak jelas. Aku memang bukan panitia di acara bazar penggalangan dana untuk try out SNMPTN 2014 junior di SMA, hanya saja ini bentuk keloyalitasanku sebagai alumnus smansa Polewali untuk hadir. Jadi, pulang lebih awal kurasa bukanlah menjadi masalah.

Tibalah aku di kotak tiga kali tiga meter ini. Kembali mengingat kronologi menuju bazar. Well, let’s start. Salma, seorang kawan di jurusan yang sama denganku di pergururan tinggi memutuskan untuk berangkat bersama. Begitu juga Nahli dan Oki yang notabene menjadi kawan pondokan. Rencana awal, ke kafe danau dengan pete’-pete’. Rupanya beberapa member exon dan kawan yang lain berbaik hati untuk menjemput kami. Untunglah. Tak perlu terlalu banyak menguras tenaga untuk berjalan ke luar Sahabat, menunggu angkutan umum, dan berjalan lagi menuju kafe seperti yang kami bayangkan di awal. Satu lagi dampak yang paling berarti bagi mahasiswa kere’ penghuni pondokan seperti diriku –lebih ekonomis, *hahah.

Telingaku seperti membaca suara yang rasanya sudah hampir seabad tak bersua. Yah. Debo. Dia ada di sana. Di bawah cahaya lampu jalan temaram di depan masjid. Sontak aku memeluknya. Aku benar-benar merindukan bocah-kaya-sensasi-dan-kontroversi itu. Selama menjadi mahasiswa, baru di tahun kedua aku bisa melihat sosoknya lagi. Kalau ditanya apa yang berubah darinya, tentu saja banyak secara fisik. Berat badannya naik dibandingkan terakhir aku melihatnya saat acara prom-night SMA. Ia juga kini lebih mahir dalam menjaga penampilannya yang sporty. Tapi ia sama sekali tak berubah dalam bersosialisasi. Tetap Debo yang dulu kukenal –ceria dan penuh semangat.

Tadi kukatakan beberapa member exon, it means masih ada lagi. Yap. Tegar dan Awa’. Sosok yang juga tak kalah sensasional dari Debo. Untuk mereka berdua, tak ada acara peluk-pelukan. Di beberapa kesempatan aku masih sering bertatap muka dengan mereka –bukan berarti aku tak merindukan kalian, khusus untuk kawan exon, sudah ada tempat spesial di hatiku yang tak akan pernah kukosongkan karena telah diisi dan akan selalu diisi oleh kalian. J

Tibalah kami di kafe danau –yang jujur baru pertama kali kukunjungi sejak menjejakkan kaki di kampus merah meski letaknya bisa diberi label ‘dekat’ dari tempatku beraktivitas sehari-hari. Aku hampir lupa bagian menjemput kak Dhyta –salah seorang senior di  EBS. Kami menuju rektorat. Aku dengan Debo, Salma dengan Tegar, dan Awa’ dengan angin. Maksudku Awa’ lah yang akan menjadi ojek spesial kak Dhyta malam ini.

Begitu tiba di kafe, kudapati wajah-wajah tak asing. Tentu saja. Mereka kan kawan-kawan SMA-ku. Bahkan sebagian besar dari mereka adalah member exon. Ada Kikuk dan Mas di meja ujung. Dekat dengan kasir yang dalam hal ini diperankan oleh Fida. Robi dan Herman sibuk menjadi waitress. Sisanya, kawan-kawan dari kelas berbeda tapi tetap satu angkatan. Ada yang tampak seperti tamu terhormat yang hanya datang, duduk, memesan, makan, lalu pulang tanpa bertindak sebagai penyelenggara acara –itulah aku. *hahah. Ada yang sibuk melakoni hal serupa dengan Robi dan Herman. Wah. Nama yang terakhir itu –Herman– memiliki kasus yang sama dengan Debo. Terakhir bertemu di acara prom-night. Juga tak banyak yang berubah dari dia. Hanya tampak sedikit lebih tua. (Bukannya memang setiap hari kita semakin tua? :D)

Sebelum memilih meja, ada tahap pemberian uang hasil tiket bazar beserta tiket yang tak laku terjual. Imran lah yang bertugas menjadi tukang-catat-catat. Kami –aku, Salma, kak Dhyta dan Nahli duduk di meja yang sama. Hanya berselang beberapa detik setelah kami merapatkan tubuh di kursi, datanglah si pelayan-cantik-nan-anggun (fitnah :D :P), siapa lagi kalau bukan Oki Lukman. *hahah. Berhubung tidak ada Es Buah Laut, jadi kami memilih Es Buah Danau yang senada dengan nama kafe ini.

Tak seperti yang kuharapkan. Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar yang kami selenggarakan, Es Buah Danau ini harusnya diganti saja dengan nama Es Buah Agar Dominan. But it’s ok. Meski empat belas ribu melayang, kurasa itu setimpal dengan pertemuan berharga dengan kawan-kawanku malam ini.

Kami kemudian larut dalam cerita panjang dengan topik berliku mengikuti alur cerita. Mulai dari perkenalan singkat. Berlanjut ke UKM yang ingin diikuti. Hingga ke tempat-tempat wisata. *hahah dasar perempuan.

Di tengah perbincangan, aku mondar-mandir dari meja yang saat ini telah bergabung empat perempuan dengan obrolan menariknya menuju meja yang dipenuhi member exon. Tentu aku tak mau ketinggalan berbagi cerita atau sekadar banyolan khas anak exon. Ada Kikuk, Mas, Tegar, Debo, menyusul salah satu pasangan abadi exon –Rahma dan Wawan.

Malam minggu yang cukup menyenangkan. Bertemu kawan-kawan SMA dengan segala kenangan manis yang kata orang adalah masa-masa yang paling indah dalam hidup, and I think that’s absolutely right!

Postingan populer dari blog ini

Aku Seorang Ambivert

eLPiDiPi Kali Kedua

Suamiku