Ingatlah Hari Ini

Matahari pagi mulai menampakkan senyum hangatnya. Sesuai instrusksi dari ketua Agang 13ebs, Ida, kulangkahkan kaki menuju studio EBS pukul tujuh pagi. Baru beberapa Agang yang bertengger di depan studio.

Menit semakin bergeser, para Agang satu per satu mulai bermunculan, begitu juga dengan para kakak crew. Semua perlengkapan sudah siap. Mulai dari makanan, alat makan, dsb.

Hari ini kami akan berangkat ke luar kota, tepatnya di tempat yang bersuhu rendah yang bernama Malino. Apa yang akan kami lakukan di sana?. Tentu saja Screening, evaluasi akhir yang menjadi momen paling sakral dari proses pemagangan kami selama tiga bulan di radio kampus EBS FM Unhas.

Teka-teki telah lama bermunculan di benak kami seputar Screening yang konon katanya akan dilakukan ‘pembantaian’ terhadap anak magang. Oh God, menyeramkan sekali. Tapi bagaimanapun itu yang kami harapkan adalah semua anak magang 2013 alias Agang 13EBS (baca: Bebs) lolos babak akhir dari serangkaian penyeleksian crew baru.

Waktu di phone cellku menunjukkan pukul sebelas. Semua Agang dan kakak crew yang mau berangkat sudah berkumpul di studio. Bus yang akan mengantarkan kami juga sudah tiba. Sesi angkat-angkat barang pun dimulai.

Bus penuh. Penuh dengan barang bawaan. Juga penuh dengan manusia. Kasihan busnya, sesak. Suasana di atas bus tetap ramai meski beberapa kakak crew menumpangi mobil lain. Jelas saja, bus yang kami tumpangi ini kan over passenger. Beberapa harus merelakan tempat duduknya dihuni oleh tiga orang. Sisanya harus mengikhlaskan dirinya berdiri selama beberapa jam.

Tiga puluh menit, satu jam, dua jam, tiga jam. Suhu mulai rendah. Pepohonan hijau nan rindang memenuhi ruang mata. Malino, we’re coming. Jadilah saksi sejarah Screening Agang 13ebs.

Bus berhenti. Semua bertanya-tanya, “kita sudah sampai?”. Dan benar saja, kita memang sudah tiba di penginapan. Oh leganya. Akhirnya bisa beristirahat di tempat yang ternyata juga menjadi tempat Screening tahun lalu. Meski kakak crew harus melewati negosiasi yang cukup alot dengan pemilik villa karena ada miss komunikasi, but it’s ok. Beberapa dari kami merebahkan tubuh di atas lantai berkarpet hijau.

Perut sudah sedari tadi gencar melakukan aksi demo. Akhirnya kak Fitri memberi instruksi untuk segera makan siang. Dengan lahapnya Agang 13ebs menyantap makan siang yang sebenarnya sudah lewat dari jam 
yang seharusnya. Makan dalam keadaan perut benar-benar kosong punya seni tersendiri.

Hampir lupa, ada dua dari Agang 13ebs yang tidak berangkat bersama kami karena suatu dan lain hal; Eva dan Nisa.

Ada insiden lucu di toilet. Perbuatan sang maskot Agang 13ebs, Ayu Ramdhani, menyebabkan Nisa menjadi korban. Insidennya disensor saja yah Agang. Kalau mau tahu lebih lanjut, silahkan berhubungan langsung 
dengan pelaku atau korbannya. Haha.

Hari semakin sore. Waktu untuk memasak makan malam tiba. Agang yang shift memasak dinner sudah bergulat di dapur. Tapi aku dan beberapa Agang tidak mau ketinggalan. Kami juga turut membantu. Beb Orin dan Beb Cia menjadi pemeran utama dalam aksi masak memasak hari ini. luar biasa mereka, calon-calon istri dan ibu idaman.

Di tengah cooking-cooking yang terbilang seru, anak-anak SMA ababil yang menginap di villa yang sama dengan kami mendendangkan beberapa buah judul lagu yang cukup menghibur hingga membuat Ayu dan Syfa menggoyangkan tubuh. Haha. Perutku digoncang kegilaan mereka.

Berhubung orang yang mau diberi makan tidak sedikit, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyajikan makan malam. Pukul Sembilan lewat beberapa menit barulah kita semua menikmati makan malam dengan menu nasi, sup dan telur dadar.

Perut kenyang lagi. Cuci piring menjadi agenda berikutnya. Begitu selesai, Agang 13ebs diasingkan ke suatu tempat. Semua phone cell disita. Lilin dan senter dikumpulkan.

Atmosfer mulai terasa berbeda. Para kakak crew berbicara sedikit lebih keras dan tegas. Kami bergandengan tangan mengikuti kak Za dan kak Nursan. Teras rumah orang dijadikan sebagai tempat pengasingan kami. Duduk berdempetan di lantai yang sama sekali jauh dari kata hangat. Udara malam Malino benar-benar menusuk sumsum tulang. Kami semakin merapat demi menghangatkan satu sama lain.

“Ada yang tidak terima diperlakukan seperti ini?” ucap kak Za membongkar kesenyapan.

“Tidak kak.” Dengan serentak kami bergumam.

“Bagus kalau begitu. Jangan terlalu tegang, santai saja.” Lontarnya lagi.

Beb Ayu menjadi ‘korban’ pertama. Berselang dua puluh menit kemudian, Agang berikutnya dijemput. Oh God, kami mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi pada Ayu? Megapa durasinya begitu lama?

Angin malam kembali menyapa. Serasa berada di negeri subtropis yang hampir mati karena hipotermia. Untung saja kak Dimas alias kak Amir datang bagai malaikat membawa selimut yang kami jadikan alas.

Satu per satu Agang dijemput. Sebelum nama kami dipanggil, aku, Nisa, Eva, Diah dan Ida meminta kak Nursan agar mengantar kami ke toilet. Suhu dingin membuat selalu ingin buang air kecil. Parahnya, Nisa sampai berkali-kali masuk toilet meski baru hitungan menit keluar dari toilet. Sekembalinya dari toilet, Eva harus merelakan pakaiannya berlapis lumpur karena terpeleset di atas tanah basah yang licin.

Kami kembali ke posisi awal, duduk dan berbaring di atas selimut. Baru saja beberapa detik mataku terpejam, namaku akhirnya dipanggil. Kak Fitri dan kak Wawan kali ini yang bertugas menjemput.

Jantungku berdebar-debar. Rasa kantuk yang sedari tadi menemani menguap entah ke mana. Sederet pertanyaan berkelebat di kepalaku. Apa yang akan terjadi di dalam sana? Akan diapakan aku ini?. Ah. sudahlah. Masuk saja. Kita lihat saja nanti.

“Assalamualaikum. Tok tok tok.” Pintu kuketuk.

“Siapa?” terdengar pertanyaan sangar dari dalam.

Rasanya seperti akan masuk ke sarang singa.

“Reskia, kak.” Jawabku.

“Masuk!”

Kubuka pintu. Kulangkahkan kakiku. Satu, dua langkah, lalu pertanyaan kembali menyerang bersama 
dengan sorot lampu senter. Rupanya ini tujuan dari kami disuruh bawa senter. Lampu di ruangan dimatikan dan kami disorot layaknya aktris-aktris di event inaugurasi yang sempat menjamur di gedung Baruga.

“Mau apa ke sini?”

“Mau screening kak.”

“Skrening? Anak apa ko dek?”

“Sastra Inggris, kak.”

“Hah? Sastra Inggris kok salah pengucapan. Skrining, bukan skrening. Makanya bawa kamus.”

“Oh, iya kak.” Belum apa apa sudah disoroti.

“Apa itu screening?”

“Wawancara akhir, kak.”

“Appah? Wawancara akhir? Sudah mi wawancara akhirmu, dek. Tanya panitia di luar!”

“Iya kak.” Kututup pintu seraya bertanya pada kak Nung yang ada duduk di kursi depan pintu.

“Screening itu evaluasi akhir.”

“Oh, iya kak. Makasih.”

Kembali kuketuk dan kubuka pintu.

“Sudah ada jawaban apa itu screening?”

“Evaluasi akhir kak.”

“Ok. Masuk!”

“Eh. Stop! Siapa yang suruh jalan? Sekarang duduk dan jalan jongkok!”

Mau bagaimana lagi. Tidak mungkin kan aku menolak, terlebih lagi melawan. Aku berjalan jongkok sampai 
ke depan para kakak yang sepertinya sudah sangat siap menyantap korban berikutnya.

“Cari posisi senyaman mungkin!” suruh kak Melan.

Segera saja aku duduk bersila.

“Perkenalkan diri sesingkat, sejelas dan sekreatif mungkin!” gumam kak Amir.

“Assalamualaikum. Perkenalkan, nama saya Reskiawati Anwar, panggilan Reskia, dari jurusan sastra 
Inggris.”

Berikutnya, sederet pertanyaan terlontar dari mulut kakak-kakak yang berubah menjadi monster yang sangat menakutkan, bahkan lebih menakutkan dari monster yang ada di film-film. Mataku basah. Ah, sial. Kenapa aku harus menangis di depan mereka? Memalukan sekali.

Aku sempat diberi pertanyaan mengenai Agang yang menurutku tidak layak untuk masuk EBS. Mana mungkin ada jawaban untuk pertanyaan itu. Aku terus didesak. Tapi memang sama sekali kurasa tidak ada yang tidak layak.

“Hah. Tidak lolos. Keluar!”

Kak Nung menjemputku menuju pintu keluar. Lagi-lagi harus berjalan jongkok.

Aku diarahkan menuju lantai atas. Kudapati para Agang tertidur. Beberapa masih sibuk menghapus air matanya. Rupanya Agang yang lain pun mengalami hal serupa. Aku bergabung dengan mereka. Berbagi cerita dan menumpahkan emosi bersama.

Pagi mulai menyongsong. Beberapa Agang shalat di masjid diantar oleh kak Aji, termasuk diriku.
Kembali ke penginapan. Waktunya membuat sarapan. Seperti sebelumnya, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masakan cukup lama. Bukan lagi sarapan, tapi brunch; breakfast plus lunch.
Usai menyantap sarapan yang dijamak dengan makan siang, kami harus menunggu beberapa saat menuju pengumuman kelulusan. Momen yang paling dinanti. Harap-harap cemas menghinggapi perasaan kami. Semoga hasilnya sesuai yang diinginkan.

Kami berkumpul di ruangan multifungsi. Semua duduk. Sesi pengumuman dibuka dengan pemberian penghargaan TER pada kakak crew. Setelah itu disusul dengan menggenggam tangan satu sama lain.
Setelah sepatah dua kata dilayangkan oleh kakak-kakak crew, tibalah pengumumannya.

“Mohon maaf, ada beberapa yang tidak bisa kami loloskan. Yang pertama Orin, kemudian Rifa, Khalis, teman kalian yang saya rasa tidak pantas untuk tidak diloloskan, Ucu.” Sebut kakak crew diiringi tangis. Sontak tangis kami pun pecah mendengar semua nama yang disebut.

“Dan yang terakhir adalah Ida.” Sambungnya.

Tentu kami tidak terima. Danis mulai angkat bicara. Ia mengutarakan ketidaksetujuan atas keputusan yang dirasa tidak adil ini. Agang yang mengikuti jejak Danis. Hingga kata ‘mengundurkan diri’ terlontar.

Setelah kami diberi kesempatan berdiskusi dan mengambil keputusan, para kakak crew kembali ke ruangan. Kami lalu memberi pembelaan untuk yang ke sekian kalinya. Ucu kemudian diberi kesempatan berdiri dan berbicara di hadapan kami setelah membuat kesepakatan dengan kak Ancop.

“Teman-teman, saya dan kak Ancop sudah membicarakan kesepakatan kami. Dan ternyata ini adalah ujian kekeluargaan bagi Agang. Jadi Agang tahun ini dinyatakan lulus semua.” Ungkap Ucu yang sontak membuat kami bersorak dan meneteskan air mata haru. Saling berpelukan dan memberi selamat pada diri sendiri serta para Agang. Oh. Thanks God. Bahagia sekali rasanya mendengar kalimat kelulusan. Rupanya semua ini hanya skenario belaka. Para kakak crew patut diberi kesempatan untuk ikut casting, acting mereka cukup meyakinkan.

Ingatlah Hari Ini menjadi lagu persembahan sekaligus penutup dari serangkaian acara screening ini. Agang 13ebs yang telah resmi dinyatakan sebagai crew beserta para senior larut dalam euphoria kegembiraan. Semua bernyanyi. Menyenangkan sekali hari ini. Hari yang benar-benar tidak akan pernah kulupakan. Tidak akan. Terima kasih EBS karena telah memberikan keluarga baru untukku. Aku menyayangi kalian.
 
Kamar kost, mengingat hari kemarin.

Postingan populer dari blog ini

Aku Seorang Ambivert

eLPiDiPi Kali Kedua

Super Tri