Hujan
Langit tampak murka. Ia menumpahkan bulir-bulir bening bernama hujan dari awan yang sedari tadi kelam. Aku masih bergeming di tempat ini, di halte ini. Berlindung dari tajamnya seranganmu, hujan. Pikiranku seketika dibanjiri oleh hujan. Dulu aku teramat mencintai hujan. Saat hujan beradu dengan atap, nada-nada yang dihasilkannya sangatlah menenangkan dan terasa damai. Sesaat setelah hujan, maka aku bisa menghirup aroma tanah basah dan rumput basah yang bagai menghipnotisku. Banyak energi positif yang terhantar dalam tubuh ini saat cairan bening itu menjatuhkan diri. Entah apa yang membuatku merasakan hal itu. Yang kutahu, hujan seperti memberi magis. Aku banyak menyukaimu hujan, tapi itu dulu. Kini kau mulai menjelma menjadi sebuah ketakutan. Sesuatu yang tak lagi kudamba kedatangannya. Sesuatu yang membuatku bahkan banyak orang merasa kau akan membawa pedih. Aku tahu, ini bukan salahmu. Tentu kau tak tahu apa-apa. Kau hanya diutus untuk turun membasahi jagad raya ini dengan m...