Hujan
Langit
tampak murka. Ia menumpahkan bulir-bulir bening bernama hujan dari awan yang
sedari tadi kelam. Aku masih bergeming di tempat ini, di halte ini. Berlindung
dari tajamnya seranganmu, hujan. Pikiranku seketika dibanjiri oleh hujan. Dulu aku
teramat mencintai hujan. Saat hujan beradu dengan atap, nada-nada yang
dihasilkannya sangatlah menenangkan dan terasa damai. Sesaat setelah hujan,
maka aku bisa menghirup aroma tanah basah dan rumput basah yang bagai
menghipnotisku. Banyak energi positif yang terhantar dalam tubuh ini saat
cairan bening itu menjatuhkan diri. Entah apa yang membuatku merasakan hal itu.
Yang kutahu, hujan seperti memberi magis.
Aku banyak
menyukaimu hujan, tapi itu dulu. Kini kau mulai menjelma menjadi sebuah
ketakutan. Sesuatu yang tak lagi kudamba kedatangannya. Sesuatu yang membuatku
bahkan banyak orang merasa kau akan membawa pedih. Aku tahu, ini bukan salahmu.
Tentu kau tak tahu apa-apa. Kau hanya diutus untuk turun membasahi jagad raya
ini dengan membawa manfaat bagi umat manusia.
Hujan,
kau bukanlah hujan yang dulu kukenal. Hujan yang ramah dan menyejukkan. Kami,
manusia menjadi takut saat kau menampakkan diri dalam jumlah yang banyak. Takut
kau meninggalkan tetesan yang bisa menenggelamkan kami, menenggelamkan apa yang
ada di sekeliling kami. Sekali lagi, ini bukan salahmu. Setiap dari kamilah
yang harus bertanggungjawab atas kemurkaan dari alam. Kemurkaan yang
melibatkanmu yang sungguh tak tahu apa-apa.
Ulah
tangan-tangan kamilah yang membuatmu terjebak di tempat yang tak seharusnya kau
berada. Kini, tanah dan rumput basah itu berganti menjadi beton dan semen yang
digenangi olehmu. Kalian enggan berkarib. Sampah-sampah itu juga turut memberi andil.
Siapa lagi yang melakukan perbuatan tak bertanggunjawab ini kalau bukan
manusia.
Aku merindukan
saat-saat dimana kau sangat kunanti. Tenanglah. Aku akan membuatmu tak lagi
dianggap musuh. Aku akan membuat mereka tahu betapa banyaknya hal yang harusnya
tak mereka lakukan di sini, di alam ini. Menaruh sesuatu yang bukan pada
tempatnya hingga kau tak mampu lagi mengalirkan dirimu pada tempat yang
membuatmu merasa lebih nyaman.
Tulisan ini dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di selenggarakan oleh
@jungjawa dan @unidzalika